Penulis
- Hermawan
Effendi - Nina Riswati
- Nia
Febiana Ramadhani - Eka
Lestari - Ahmad
Gusoli - Lisa
Nur isnaini - Arif
Wicaksono - Siti
Ma’rifatun - Vinly
Indar Wati - Vivi
Andeswari - Fuad
Amrin Masduk - Mukh.Topan
Ali - Affan
Nur Fattah - Reysantia
Anjang Desti - Anggoro
Setyo Priatmoko - Janna
Atika Nur Afifah - Jihan
Musvitasari - Marvi
Akbar Iswanto
Seakan hal
biasa di negeri ini
Sang tikus berdasi yang lupa diri
Termakan nafsu tanda peduli hati nurani
Dulu kau tebar janji seribu janji
Kau agungkan kata sejahtera bagi kami
Tapi, sekarang Kau makan uang kami
Tanpa rasa dosa di hati
Mau jadi apa negeri ini?
Jika para penguasa terus begini
Tor…. koruptor
Binatang cerdas yang pandai bersekutu dengan sipir
penjara
Bermandikan uang dari keringat rakyat jelata
Hati nurani sudah tidak dipakai lagi
Akan hancur bersama negeri ini
Merdeka? inikah yang kau maksud? Sudah tak terdengar
lagi tidak kah kau lihat?
Tidak kah kau rasakan? Engkau mengambil hak rakyat
kau menari diatas derita
Koruptor yang semakin berani membuat sang rakyat
jelata menderita
Koruptor…
Yaa, kau memang pantas disebut tikus negara
Tikus yang berwajah tampan, berdasi dan terlihat
menawan
Serta mulut manismu yang telah membuat para jaksa
lemah tak berdaya
Kau yang asyik, menikmati dan terlentang tertidur
pulas diantara tumpukan uang para rakyat yang tak berdosa
Ingin rasanya
kulempar kau dalam BUI kegelapan
Koruptor…
Apa yang terlintas dipikiranmu dengan jiwa rakyat
jelata?
Apakah kau hanya memikirkan jiwa tamak
Jiwa yang bangga dengan fannanya dunia?
Tanpa memikirkan jiwa rakyat yang menjerit menderita
karena ulahmu
Lihatlah rakyat kecil menderita karena terdzolimi
Kepercayaannya telah kau racuni
Haknya telah kau curi
Kami tahu IQ mu tinggi
Sekolahmu sampai luar negeri
Apa gunanya hanya untuk membohongi kami
Wahai tikus berdasi
Apa dengan masuk jeruji besi kau akan sadarkan diri?
Tentu tidak!
Andai engkau tau betapa menderitanya kami
Mungkin engkau sedikit membuka hati
Tapi hanya secuil dari kalian yang bisa membuka hati
Yang lain kapan mau sadar,perbuatan kalian merugikan
kami.
Apakah dengan mati baru engkau sadar?
Sekarang silahkan saja engkau bersenang-senang
dengan harta sementara yang bukan milikmu itu..
Suatu saat engkau akan merasakan seperti kami,susah
di dunia dan di akhirat
Karena perbuatanmu…!
Hal inikah yang kau inginkn?
Rakyat menangis kelaparan, anak-anak berenang dalam
lautan sampah demi sesuap nasi
Kemana? Kemana jutaan janji yang kau
gembor-germborkan dari sudut kota hingga pelosok desa?
Sudah lupakan kau dengan janjimu?
Kemana hati nuranimu?
Wahai para petinggi negara, apakah popularitas
menjadi tujuanmu?
Dan kekuasaan menjadi segala-galanya bagimu
Singgahsana sperti inikah yang kau siapkan dan kan
kau tempati dineraka nanti?
Secercah harapan indah dulu…akan kehadiranmu
disinggahsana
Kini hilang!!! Hancur!!! Pupus!!!
Setelah kau dengan bangganya kenakan rompi oranye
bersama koloni-kolonimu
Aku tak peduli dengan macam-macam sebutanmu itu
Yang aku tahu koruptor adalah sampah negeri ini!!!
Bedebah negeri ini!!!
Mereka harus lenyap dari bumi pertiwi
Janji-janji manismu yang dulu begitu akhurat
Kelak akan kau pertanggung jawabkan di akhirat
Dulu kau umbar 1001 janji manis
Seolah-olah akan kau kabulkan
Tapi apa yang terjadi sekarang
Kau biarkan rakyat menangis
Terombang-ambing dalam ketidakpastian
Untuk pertanyakan
Kemana kami harus menuntut hak kami ?
Karena yang terjadi sekarang uang adalah segalanya
Bahkan dengan egomu kau rampas hak kami
Kau hancurkan harga diri bangsa hanya demi kekuasaan
Mengapa engkau hidup di negeri ini ?
Di mana hatimu wahai tikus berdasi ?
Kita.
Ya kita, yg kata mereka hanya rakyat jelata. Kita
akan membereskannya, bukan hanya dengan kata, tapi dengan cinta jua.
Biarkan waktu yg akan berbicara.
Lewat hembusan angin malam, yg masuk melewati
celah-celah jendela kacanya.
Sekali lagi biarkanlah waktu yg akan berbicara. Ia
selalu tau, bagaimana cara mengungkapkan apa yg tak terungkapkan. Mereka telah
berjanji, lewat puisi.
Yang telah masuk pembuluh nadi, yg akan mematri dan membuka mata hati nurani.
sosok yang menjadi contoh di masyarakat
Apakah sosok tersebut pantas disebut sebagai contoh
Sosok yang hanya bisa memakan uang rakyat
Tanpa berfikir panjang demi untuk kesenangan diri
Apakah tidurmu nyenyak?
Dihantui rasa bersalah akan semua hal yang kau
perbuat.
Wahai
pejabat dan wakil rakyat
Bukankah
kalian pernah berjanji
Apakah
janjimu hanya karangan indah untuk melabuhi kami
Kalian
memang lebih cerdas dengan kelicikan-kelicikan yg tinggi
Tidakkah
kalian tahu penderitaan saudara-saudara kami
Dari
sabang-merauke ada ribuan bahkan puluhan ribu rakyat miskin
Mereka
kelaparan dan butuh tempat tinggal
Tidakkah
kalian bersyukur dengan bayaranmu wahai pejabat dan wakil rakyat
Begitu
naif,begitu naif dengan nafsu duniawi semata
Oh
Tuhan bantulah saudara-saudara kami dan negara kami lepas dari orang-orang yang
tidak bertanggung jawab.
Masih
pantaskah kau untuk kami hormati.
Haruskah kami berbangga hati, memiliki pejabat
seprtimu di negri ini.
Kau rebut,kau rampas senyum di wajah rakyatmu
Kami tidak butuh orang pintar kami hanya butuh
orang jujur.
Entah
apa yang ada di pikiran mereka
Para
koruptor yang berkuasa
Yang
menghalalkan segala cara
Untuk
kesenangan diri mereka
Menghabiskan
uang negara
Menyengsarakan
kehidupan bangsa
Dan
tidak peduli terhadap nasib kita
Tapi
kita tidak akan diam saja
Kita
harus bangkit dan terus bersama
Untuk
melawan para tikus negara
Ayo
lawan dan hancurkan
Wahai
Pemimpin
Ku
lihat isyarat tak bermakna
Tangisan
bahkan rengekan kesengsaraan
Bukan
mall – mall menjulang tinggi berdiri
Tapi
ilmu pengetahuan kita pertahankan
Lihatlah
pemimpin!
Kulit
keriput penghuni jalanan
Ekonomi
dijatuhkan
Nanar
hati
Nanar
perasaan
Dibutakan
oleh kekayaan
Kau
berjanji
Kami
percayai
Terlihat
jelas sorot lensa penuh harap
Seketika
hati tersambar petir
Merobek
– robek urat nadi
Saat
jiwa dihianati janji
Janji
kesejahteraan bukan permainan
Ibarat
robot tanpa nyawa
Tertindas
kemiskinan
Tergerus
keserakahan
Serasa
Angin
berhenti bernapas
Sukma
jiwa pun tenggelam
Menangis
hati di iris kepedihan
Negara
telah memberikan semua untukmu
Namun
apakah kamu telah memberikan apa yg dibutuhkan negara
Wahai
pewaris bangsa ..
Wahai
para penerus bangsa ..
Hindarilah
korupsi..
Dekatkanlah
kejujuran disanubari kita
Bila
habis gelap terbit terang
Maka
akan terjalin
Hilang
korup terbitlah kemakmuran
Meski
kita sendiri tau
Menghapus
kejahatan ini
Tak
semudah menghapus kata
Diatas
lembaran kertas
Tapi
kita, pemuda bangsa
Generasi
penerus negara
Kita
harus yakin
Dengan
hati yang mantap
Genggamkan
tangan bersama
Kita
melangkah maju
Maju
dari keterpurukan
Yang
telah lama menghantui bangsa ini
Bersama
kita bisa
Bersama
kita kuat
Melawan
hantu-hantu negara
Tak
ada lagi kata “ya”
Tapi
katakan “tidak”
Tiada
tirani lebih kejam daripada yang diabadikan di bawah perisai
Musuh
dari musuh yang korupsi adalah iblisku
Lebih
baik mati berperang korupsi
Daripada
mati tertindas korupsi
Apa
yang sedang terjadi
Di
negeri ini
Seolah
tak mampu
Untuk
mengakhiri
Penindasan
dan perampasan
Seakan
hal yang biasa di negeri ini
Penindasan
yang dilakukan oleh mereka
yang
hanya menurut pada nafsu setan
Ya…
ya … ya …. Korupsi…
Entah
sampai kapan akan terus terjadi..
pemimpin
yang kita percayai..
justru
ingkar janji.
janji
untuk mensejahterakan kami..
tapi….
Apalah
yang terjadi..
kau
makan uang kami..
kau
rampas hak kasmi..
mungkinkah
engkau sudah tak punya hati
buta
atau memang tak punya mata..
serakah…Bedebah…Sampah…
Kau
hanya mengutamakan harta
dan
tanpa berdosa
kau
ingkari janji
janji
yang begitu manis diawal
dan
hanya menjadi omong kosong ya tak berguna ..
Comments 1