Penulis
- Siti
Nuzulia Prihatin - Restu
Ulfa Hidayah - Febrina
Dwi S - Muhamad
Fatah Azhar - Firdaus
Al Aziis - Atik
Nurjannah - Dewi
Yuniar Sari - Ma’rifatul
Hidayah - Endah
Lilojati - Miftachul
Chasanah - Abi
Setiawan - Yana
Bagus Prasetya - Riya
Satul Afifah - Chika
Melati - Deny
Andika Budi Kurniawan - Wijianti
Saputri - Amelia
Sara Falanta - Apriliani
- Resti
Andriyani - Sri
Hidayati - Diki
Bayu Aji - Uus
Fatmawati
Kau bilang Indonesia kaya akan segala hal
Namun kenyataannya…
Indonesia banyak sekali kekurangan
Banyak rakyat berbaju rombeng
Banyak anak kecil menangis menahan lapar
Semua ini disebabkan kau wahai tikus-tikus
berdasi!
Kau yang telah menyebabkan ini semua!
Kan ku sumpahkan kau kekal abadi di dasar
neraka
Siti nuzulia p
Koruptor tak tahu malu
Bagaimana tidak ?
Saat jutaan pasang mata
terfokus padanya
wajahnya
Silau ! ah mereka merasa
berkilau
Mereka beralibi
Memakai sehelai kain di kepalanya
Katanya terlihat suci
Memakai kopiah agar terlihat
bertakwa
Jemarinya menggoyangkan butir
tasbih
Yang sebenarnya menghitung
rupiah yang tersimpan rapi
Urat malu sudah tak ada lagi
Yang tersisa kini penebus
dosa yang tak berarti
Restu
Ulfa Hidayah
Dosa yang tak mungkin dapat dibayarkan
Hei para koruptor !
Ucapanmu memang tak sebanding dengan kelakuanmu
Kelakuan yang sungguh memuakkan
Tanpa rasa bersalah sedikitpun
Kalian para koruptor
Tanpa malu mengambil hak hak milik rakyat
Mengambil hak yang bukan menjadi hak kalian
dengan tidak berdosa
Lupakah kalian para koruptor ?
Atas apa yang telah kalian perbuat
Febrina
Dwi Sekarini
Seakan mereka larut atas
pangkatnya
Mereka lalai akan materi
Yang terbesit dipikiran
mereka hanyalah uang
Tanpa memikirkan rakyat kecil
Sadarlah koruptor
Tingkahmu bagai serigala
berbulu domba
Muhammad
Fatah Azhar
Wahai wakil rakyat
Engkau yang seharusnya membatu rakyat
Tapi engkau malah menjadi bumerang
Dirimu tega mengkhianati bangsa dan rakyatmu
Lihatlah
bangsa ini
Dengarlah
penderitaan rakyatmu
Apakah kau tahu ?
Payahnya
hidup anak negeri
Membanting tulang demi sesuap nasi
Apakah kau bangga melihatnya ?
Apakah bangga dengan apa yang kau buat ?
Dirimu yang duduk manis
Uang-uang
kami kau poroti untuk kepentinganmu
Sungguh
tak tau malu
Sifatmu lebih kejam dari seorang teroris
Dan jiwamu lebih rendah dari sampah
Firdaus Al Aziis
Koruptor
Apakah kau lupa dimana
janjimu
Kemana kau bawa amanahmu wakil
rakyat ?
Mungkinkah kau tuli
Mungkinkah kau buta
Iya
Kau tuli dengan jeritan
tangis rakyatmu
Kau buta dengan penderitaan
rakyatmu
Kemana kau dulu ?
Memimpin negeri dengan janji
suci
Koruptor
Kemana negeri ini akan kau
bawa ?
Nuranimu sudah tak nampak
lagi
Mata hatimu pun sudah mati
Sampai tega kau dustai
rakyatmu
Koruptor
Sungguh jiwa terangmu penuh
kegelapan
Senyumanmu adalah kepalsuan
Tak malukah kau dengan dunia
Biarlah keabadian yang
membalasmu
Atik Nurjannah
Sungguh teganya kau koruptor
Kau memang tak punya hati
Kau memang tak punya perasaan
Kau dengan bangganya merampas hak rakyat
Sungguh, aku tak menyangka
Yang katanya membela rakyat
Ternyata seorang koruptor
Sebenarnya apa yang kau banggakan ?
Apakah jabatan ?
Apakah kemewahan ?
Apakah itu yang kau banggakan
Apakah kau tau selama ini rakyat menderita
karena perbuatanmu
Apakah kau tau
Tentu saja kau tak mau tahu
Kau sibuk dengan ketenaranmu
Dewi
Yuniarsari
Kau begitu ngiler pada harta karun yang biasanya
menjadi pemanis dongeng anak-anak kecil
Bahwa segenap persolan hendaknya dihadapi dengan iman.
Jangan menjatuhkan rakyat karena kegilaanmu terhadap harta.
Krisis ini dapat diatasi
dengan memberikan kepada Negara pimpinan yang dipercaya rakyat!
Oleh karena ini, merupakan
krisis demokrasi.
Maka perlulah hidup politik
diperbaiki.
Partai-partai mengindahkan
dasar-dasar moral dalam segala tindakannya.
Dengar para bangsawan
koruptor ..
Kami rakyau kecil harus
sering berkorban perasaan.
Harus bisa menahan diri dan bersabar
Nasi Jagung, tiwul, oyek itu
makanan kami sehari-hari
Kami memimpin diri sendiri
Dalam masa krisis dimana
situasi bergulir dengan cepat
Keterlambatan dalam merespon,
yang membuat kami geram!
Negara ini sudah tua, lapuk
dan penuh dengan tikus
Kami hanya berharap …
Kelak ada pemimpin yang
memimpin rakyat dan berani menghadapi
tantangan.
Ma’rifatul
Hidayah
Wahai para koruptor …
Enyah lah kau dari muka bumi
ini
Engkau hanya membuat susah
negara ini
Dengan ulahmu yang sangat
memalukan
Bagai belatung yang
menari-nari di atas bangkai
Dan rakyat kecil lah yang
jadi korbannya
Sadarlah …
Wahai koruptor
Ingat akan tugasmu dinegara
ini
Jangan hanya karna kedudukan dan materi
Engkau lupa akan tugasmu
Kedudukan dan materi bukan
lah segalannya
Tapi tugas untuk membantu
rakyat kecil lah yang paling utama
Maka sadarlah wahai koruptor
Sadarlah …
Lihat .. lihat lah mereka
yang ada disekelilingmu
Mereka masih sangat
membutuhkan bantuanmu
Jangan hanya memikirkan nasibmu saja
Sampai kau lupa akan nasib
mereka
Dimanakah hati nuranimu..
Engkau dan yang lainnya hidup dengan
bergelimang kemewahan
Sedangkan mereka hidup dengan
kekurangan
Endah Lilo Jati
Korupsi suatu hal yang keras!!! jika dihadapi
dengan keras pula maka akan hancur
Tak perlu lontaran hal yang keras untuk
membasmi korupsi
Puisi lantunan kata yang indah
Puisi lantunan kata yang tegas
Satu kata padat kan makna
Degan puisi ku ungkapkan smua rasa hingga
pemberontakan hati kulantunkan dalam puisi
Tak perlu keras ku sampaikan rasa ini
Cukup dengan kata yang lembut yang mengena hati
Berharap hati manis para koruptor akan terbuka
hingga punah rasa tuk berbuat
batil lagi
Ayo kawan sastra bermain kata tuk buka hati
para tikus berdasi
Miftachul
Chasanah
Dewan
Perwakilan Rakyat
Tapi tak
pernah merakyat
Kejujuran
terjual oleh uang
Hidup
bagaikan raja di atas budak
Hidup di
atas tangisan derita rakyat
Harta
membuat mereka lupa daratan
Tertidur
pulas ketika terjadi rapat
Membuat
pasal yang menguntungkan diri mereka
Rakyat
semakain menderita
Koruptor
semakin merajalela
Kata
orang negeri ini negeri hukum
Yang
kaya salah seolah tutup mata
Yang
miskin salah cepat cepat dipenjara
Abi Setiawan
Tikus-tikus berdasi…
Menebar senyum dibalik kepalsuan…
Tak kenal siang maupun malam…
Menguntit uang rakyat jelata…
Wahai, tikus-tikus berdasi…
Engkau diam-diam menggerogoti uang negara…
Tanpa kau peduli apa yang akan terjadi…
Yana
Bagus Prasetya
Wahai
para koruptor
Kau buat
hukum ini kotor
Kau
berbuat semaumu sendiri
Tak
pernah kau tau dan peduli
Rakyatmu
resah akibat ulahmu
Koruptor pembawa bencana
Kau selalu memberi janji setia
Namun apa?
Kesengsaraan rakyat melanda
Di setiap sudut negara
Kau
berasa semua milikmu
Kau
berfikir semua hakmu
Dirimu kaku
dan tak pernah tau
Rakyatmu
yang selalu menyeru
Dengan
segala haru
Riya Satul Afifah
Kau bersenang senang dengan
hartamu
Kau membahagiakan keluargamu
dengan uang rakyat
Apakah kau tidak malu ?
Wahai koruptor
Ingatlah dibawahmu masih ada
rakyat sengsara
Hak kami bukan hak mu
Begitupula dengan uang
Uang kami bukan uangmu
Jika saja kau tau
Bagaimana sulitnya mencari
uang
Apakah kau masih akan tetap
korupsi ?
Chika Melati
Korupsi
oh korupsi
Lupakah
kau dengan janji palsumu
Dimana
letak nuranimu?
Koruptor
matilah kau
Denny Andika Budi K
Wahai
kau Dewan Perwakilan Rakyat
Sadarlah….
Berhentilah
memakan uang kami
Ingatlah
kami yang tak berpunya
Kerja
keras kami bekerja
Namun
kau yang menikmatinya
Siang
malam memeras keringat
Di bawah
terik dan hujan
Kami tak
peduli
Demi
sesuap nasi
Tapi kau
hanya berkacak pinggang
Di bawah
dinginnya suhu ruangan
Menikmati
jerih payah kami
Dan
berkata “Akulah Sang Penguasa”
Wijianti Saputri
Bait – baitnya seseorang menyala
Dalam ketidakpekaan si mulut manis berbisa
Ada yang mengerang
Air mata menggelinang
Berteriak tentang nasib yang terkekang
Si renta semakin bungkuk tanpa daya
Yang muda, benci di mata
Melihat kebengisan mereka
Tanpa meratapi si jelata
Janjinya hanya di atas kertas
Pengabdiannya hanya imajinasi tak berbekas
Tak bertindak, hanya suara saja yang berteriak
Menjajakan janji ke pelosok negeri
Di jamahnya wangi rupiah
Kenikmatan sebentar membuatnya gegabah
Tidak pula memikirkan yang merengek
Apalagi yang merayap di kekotoran jalanan
Tidak juga ketulusan di abdikan ke tulisan
Barang secuil tak menyentuh syair
Dengan puisi baiknya galakan anti korupsi
Karena tergelincir di kata tidak lebih baik
Daripada aksara yang tidak tertata rapi pada
puisi
Amelia
Sara Falanta
152110065
Koruptor semakin merajalela
Wahai para tikus berdasi
Ingatlah kami para rakyat miskin
Kami sangat menderita dengan ulahmu
Enyahlah
kau dari muka bumi ini
Kami
muak dengan janji – janji palsumu
Kapan
kau akan sadar
Akan
tingkah lakumu itu
Sadarkah dirimu tentang rakyatmu?
Mereka merintih dan menggerutu
Perutmu kenyang namun bukan hakmu
Dasar tikus berdasi tak tahu malu!
Apriliani
Korupsi,korupsi
dan korupsi
Korupsi
sekarang merajalela
Dunia
ini memang kejam
Penuh
dengan tikus tikus berdasi
Kau
sibuk dalam urusan dunia
Akhirat tak
kau pikirkan
Yang kau
pikirkan hanyalah korupsi
Dosa
yang kau perbuat begitu banyak
Dimanakah
letak imanmu kau sematkan
Kau
sudah lupa dengan janjimu
Ataukah
kau malah tak menghiraukan
Dirimu
itu sungguh mengecewakan
Ingatlah
kekayaan,kekuasaan itu hanya titipan
Kau
janganlah sombong
Ingatlah
dosamu itu yang menggulung tinggi
Kau
memang sungguh tak tahu malu
Resti
Andriyani
Inikah Negeriku,
Ditengah tengah bumi ini
Aku berdiri
Gerang, curam, tajam aku
jalani
Sebagai hidup dari janjimu
Yang kau elu-elukan dimukaku
Inikah negeriku
Negeri tak sedamai dulu
Kini kau hancurkan negeriku
Kebahagiaan kini terbelenggu
Korupsi menyerbu
Disini, rakyat kecil melihat
Apakah kau tidak malu ?
Akan segala tingkah lakumu
Engkau besar karena aku
Tapi kau menendangku dengan
sebelah mata
Kau lebih mengutamakan dirimu
Dan kau tinggikan jabatanmu
Tanpa memandang kehidupan
rakyat kecil yang merugi
Sri
Hidayati
152110069
Korupsi, korupsi, korupsi
Negara belum terlepas dari kata Korupsi!
Negara terisolasi bandar judi
Hingga Semua oknum Korupsi
Pedagang saja korupsi, mengurangi bobot
timbangan
Apalagi pejabat ? merusak bobot negara
Baah !!
Seakan darah Pecundang telah menggrogoti Rakyat
ini
Makan hati meracuni nurani dibutakan oleh
gemilang harta rakyat
Lihat rakyat menangis
Menjerit, terinjak Tikus Berdasi yang
semena-mena
Kepada siapa Anak Negeri mengadu ?
Jika Pejabat negara tak sanggup menggenggam
kepercayaan
Jika suara kami tak lagi dihiraukan
Sadar Sadarlah
Indonesiaku Tanah Air yang malang
Sampai kapan kau akan terlena?
Sadar sadarlah
Anak cucu bangsa masih ingin menghirup nafas
lega
Mendengar kata Indonesia Sejahtera
Kau, aku, dia , mereka, kami, kita dan anda
Bhineka Tunggal Ika
Ayo musnahkan Korupsi
Lawan dedengkot negeri
Pecundang tikus berdasi
Pantas terbunuh mati
Diki
Bayu Aji
Tuhan…
Berikanlah mereka kesadaran…
Kesadaran atas apa yang mereka perbuat…
Perbuatan yang tak pandang bulu…
Tak pandang ras maupun agama…
Tuhan…
Berikanlah mereka petunjuk…
Petunjuk ke jalan yang Engkau ridhoi…
Uus
Fatmawati
Comments 2