• Home
  • Perjalanan
  • Sosial Media
  • Puisi
    • Puisi Indonesia
    • Gurindam Indonesia
    • Pantun Indonesia
    • Pantun Modern
    • Syair Indonesia
  • Pictures
  • Kirim Puisi
  • Puisi Pembaca
  • Upload Pictures
Friday, January 8, 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Studio Aksara
-18 °c
  • Home
  • Perjalanan
  • Sosial Media
  • Puisi
    • Puisi Indonesia
    • Gurindam Indonesia
    • Pantun Indonesia
    • Pantun Modern
    • Syair Indonesia
  • Pictures
  • Kirim Puisi
  • Puisi Pembaca
  • Upload Pictures
  • Home
  • Perjalanan
  • Sosial Media
  • Puisi
    • Puisi Indonesia
    • Gurindam Indonesia
    • Pantun Indonesia
    • Pantun Modern
    • Syair Indonesia
  • Pictures
  • Kirim Puisi
  • Puisi Pembaca
  • Upload Pictures
No Result
View All Result
Studio Aksara
No Result
View All Result
Home Puisi Puisi Indonesia

Karya Deni Puja P

by admin
November 27, 2019
in Puisi Indonesia
2
0
SHARES
63
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Kunpulan Puisi:

Karyanya tergabung dalam antologi bersama Memo untuk Presiden (2014). Antologi Jalan Bersama (Yayasan Panggung Melayu 2014). Antologi Wakil Rakyat(2013). Antologi puisi bahasa Madura JHIMAT (Disparbud Sumenep 2014). Antologi Nyanyian Para Pecinta(Ganding Pustaka 2015). Antologi Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta 2016). Antologi Laut Kenangan (UKM Nanggala Universitas Trunojoyo Madura, TANKALI 2017), dan Antologi Indonesia 2030

Puisi:

Aksara Yang Memanjat Ayat

/a/

Berbaringlah di suatu batu selebar bukit

di sudut gua, sebelah pohon tak bernama

tanahnya gandum, mataharinya dingin

lalu gantung bau sepatumu di sungai, dan

kau boleh membuka mata setelah lebam

Berangkatlah Rabu legi, di arah angin ke tujuh

Di telapak jari Ibumu, ikatkan benang hitam

Sebelum kau cuci dengan kembang mayat.

Pelan-pelan, ciumlah ujung kakinya, pipinya,

Juga tangan kanannya. Tenggaklah air suci

dari rapal mantra kaki Ibumu, jika tersisa

tuangkanlah ke dalam botol, sebagai bekal

/na/

Petunjuk selanjutnya:

Dalam perjalanan, kau tak boleh menatap ke depan

Miringkanlah lehermu 23 cm ke kanan atau 14 cm ke kiri

daun-daun akan merayumu untuk berhenti, setiap derap langkah

kakimu di bebani pecahan piring dapur dari langit. Kuatkan hatimu

/ca/

Setelah kakimu tuntas menjadi duri beling

Bersiap-siaplah menuju alamat pembawa pesan

Tubuhmu menjadi ringan seperti abu untuk terbang

Suarumu seruling merdu melebihi album Bob Dylan

Dan tepat seperempat perjalanan, kau akan menemui

sapi. Sapi coklat yang akan menunjukkan tempat yang

kau tuju, untuk mengurangi beban kakimu, Tunggangilah

/ra/

Sapi penunjuk jalan di mana kau akan menemukan aksara

Ingat! Dalam perjalanan hanya air basuh ibumu sebagai bekal

Lebih baik kau mati dari pada meminta-minta makan pada orang,

makanlah seadanya, Tai sapi atau buah rambutan di pinggir hutan

/ka/

Kau akan menghadapi tujuh musim di arah mata angin

Mendung merah, hujan kelapa, kabut hitam,

dan pelangi tanpa warna

tabahlah!

/de/

Ada sisa musim yang aku dan kau, tak tau

Di musim itu, kau akan menemui tulang-belulang

Dan binatang yang menakutkan, ular bertubuh gepal

Berkaki lima, ekor dan kepalanya berjumlah seribu

2017-2018

TERKAPAR DARI SEBERKAS PUISI YANG MEMBUNUHluka mendekamku
laharnya menggumpal menggerayangi darah
luka memasungku
jelma keringat tubuh menjerit
darahku api dan keringatku air

kini tiba oktober yang ke sepuluh
ingatanku kembali meleleh 
melepas kebisingan dengan tuak
yang membawaku pada jalan yang lebih gelap
semangatku tersayat, pada kabar yang kau kirim
dari bibir angin yang jatuh di lubang telinga
dulu, aku ingin mengukur bintang
agar sesuatu itu tak pernah runtuh
setiap berkali kali ulang kau berucap
darahku api dan keringatku air

diberingin tua terpahat namamu bergurat oktober
ratapan kepedihan menunggu kematian
dengan dupa dan kemenyan kau bacakan ritual kematian
kau bingkis upacara dengan bunga bunga melati
tersusun rapi menjadi hiasan kalung dilerhermu

oktober yang kesepuluh kau membunuh dengan puisi
akupun bersimpuh dengan tangisku sendiri
darahku api dan keringatku air
Madura 10 0ktober 2013 
Jangan Didik Aku Menjadi Pemberontak                                                                               Jangan didik aku menjadi pemberontaksebelum aku bakar kibasan debu dari lantaibatu-batu telah kusiram demi cuacajika kelak aku membangkang, itulahtanda-tanda dimana ledakan katadi sembunyikan. Setelah kau memaksakuuntuk mengejar matahari yang taksanggup ku capai, di situ juga letakkemarahan Tuhan
Jangan didik aku menjadi pemberontaksebelum aku akan segalanya menguasaimudalam rindumu, dalam gelisahmu juga risaumuadakah yang engkau ingat saat jatuh di lubangyang jauh dari pemukiman? Aaaaaaah… Aku masih punya Tuhan yang lebih dari segalanya
Jangan didik aku menjadi pemberontaksebelum segalanya meledak.Bangkalan Madura 2014
Aku Ingin Kawini Seribu PelacurPermohonan pada seribu penghulukawinkan aku dengan seribu pelacurtanpa janur di sebelah pintu, bukandi wisma juga bukan di lokalisasi
Berikan aku pulau yang sepi dansetiap petak tanahnya akan kutanamkuil, masjid, gereja, wihara, klentengdi mana kelak, setiap anak anakkuberlayar menyusuri lautan dan tak lagimengenal kemacetan serta bising knalpot
Sepanjang rel  tanpa lintasan keretaaku mengeja namamu dengan cemassaat setelah ribuan demonstranmemblokir jalan menuntut naiknya BBM
Di lokasari, kramat tunggak, pulau bunder,pelak pelak, pasar kembang, dolly dan jarakapa kau dengar berita televisi menelanjangimu?
Aku ingin kawini seribu pelacuryang vaginanya adalah air mataMadura 2014
Namamu Bukan di Sungai dan di TanahTelah kutenggelamkan namamu di deras sungaibersama sepi dari sepotong sisa amis kenanganbiar arus jeram menyeret namamu ke hulu-hulutanpa tepian. Dari segala waktu yang ada, deburarus sungai membentur batu-batu ribuan tahunyang mengendap dan dimuntahkanlah namamuke cerobong ingatan. Namamu tak diterima sungai
Lalu aku bakar namamu bersama reranting sayupyang berserak di halaman. Abunya aku tabur diatastanah basah dekat pepohonan pisang, januari, beberapahari kemudian, pohon pisang tumbuh, dan lembaran-lembaran daunnya ada ejaan bertuliskan namamu
Tanah dan sungai adalah saksi dimana jalan namamubukan di sungai atau di tanah, namamu untuk aku telandengan gerobak puisi untuk menjadi abadi, lalu kurajamnamamu dengan bongkahan besi yang menimbun namamudalam hati. Namamu bukan di sungai dan di tanah tanah.Madura 2014
Aku Yang Tidak Pernah Jatuh CintaAku yang tidak pernah jatuh cintadendang pagi dari hitungan telapak jariaku yang tidak pernah jatuh cintadari kemurungan hari kusam dan sepiaku yang tidak pernah jatuh cintapada teror dan perang tayangan televisi
Dan balada hutan kota ceritakanair laut pasang dengan darah, karena setiapkuncup bulan diterangi kilauan cahaya rudalanak-anakpun hanya bisa meratapi kambingyang digembalanya menjilat pasir, sebab,ledakan menjadikan rumput coklat kering
Dari himpitan memori yang ia jumpaidisetiap detak saat pesawat tempurberjarak seratus kaki dari rumah huniannyadentuman peluru, kelumpuhan kota, tak ada hari rayaair matanya yang terbatasdaging kulitnya yang tak kebal jarum suntikdan berikanlah aku segala cinta yang tak pernah patahBangkalan 21 Juli 2014
Surga Terbakarlaut ajalmu hempaskan rembulanberasapkan perih dari rerumputankering dan tumpukan sampahmeringkas perjalanan menuju kembali
kedap api berarak pergimelambaikan asap pada daunpesankan jika daun layu melepuhisyaratkan ada yang luka
kita punguti serpihan pada haridiam, karna asap ada yang perihdan daun layu yang melepuhadalah tanda lukaku
pesta malam, aroma sengat keringatwanita telanjang membuka-buka tutup botol birsurgapun terbakar dengan perayaan darah vaginadilumuri berbotol-botol bir tanpa apiMaret 2014

https://rajaview.id/F0yx2QzzeYdOajbWfVFmW8a9jhfzZrg57u3kDL9K
admin

admin

Next Post

Karya Puisi Dimas Indiana Senja

Comments 2

  1. Pingback: Para Penyair dan Karyanya: - Puisi Rakyat
  2. ปั้มไลค์ says:
    6 months ago

    Like!! I blog frequently and I really thank you for your content. The article has truly peaked my interest.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

https://shopee.prf.hn/l/ryqjXNn

Recommended

Karya Puisi Ahmadun Yosi Hefanda

1 year ago

Pantun Emak

1 year ago

Popular News

  • PUISI MELAWAN KORUPSI

    PUISI UNTUK PARA KORUPTOR : KUMPULAN SAJAK BERTEMA KORUPSI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Connect with us

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget music.
SUBSCRIBE

Category

  • ARTIKEL SASTRA
  • Gurindam Indonesia
  • Mantra Indonesia
  • Pantun Indonesia
  • Pantun Modern
  • Perjalanan
  • Puisi
  • Puisi Indonesia
  • Puisi Pembaca
  • Sosial Media
  • Syair Indonesia
  • Uncategorized

Site Links

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org
  • Home
  • Perjalanan
  • Sosial Media
  • Puisi
  • Pictures
  • Kirim Puisi
  • Puisi Pembaca
  • Upload Pictures

© 2019 JNews - Artikel seputar teknologi, digital marketing dan social media, Teknokreasi.

No Result
View All Result
  • Home Studio Aksara
    • Sosial Media
    • Perjalanan
  • Puisi
    • Kirim Puisi
    • Puisi Indonesia
    • Syair
    • Pantun

© 2019 JNews - Artikel seputar teknologi, digital marketing dan social media, Teknokreasi.

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In